Semua pasangan menginginkan hubungannya berakhir di pelaminan, bahkan bisa langgeng sampai ajal memisahkan. Mungkin terdengar klise, namun itulah fakta dari harapan-harapan pasangan yang menjalin hubungan asmara.
Tak mudah mewujudkan impian itu, karena Anda dan pasangan adalah dua individu utuh yang berbeda. Padahal, dalam hubungan, dibutuhkan kompromi.
Biasanya, ada pihak yang cenderung lebih dominan dan bertindak sebagai pembuat keputusan dalam hubungan, dan umumnya kendali itu dipegang oleh pihak laki-laki. Mungkin dulu, saat patriarki masih sangat kental, konsep semacam itu bisa diterima. Tapi kini semua berbeda, semakin banyak perempuan menyadari haknya dan menuntut diperlakukan sama. Hal inilah yang seringkali menjadi pemicu konflik dalam hubungan asmara.
Cobalah ingat kembali apa yang membuat Anda berpikir bahwa kekasih Anda yang memiliki kontrol dalam hubungan. Jangan-jangan, tanpa disadari, justru Anda lah pemicunya.
Biasanya, hal utama yang mendasari sikap dominasi laki-laki dalam hubungan adalah karena ia hidup dalam tradisi patriaki. Sudut pandang konservatif ini menempatkan lelaki sebagai pihak yang mengambil keputusan atau memiliki kuasa dan perempuan hanya menjadi pengikut.
Faktor kedua adalah ego lelaki sebagai kaum yang lebih kuat, ingin menjadi pahlawan dan bisa diandalkan. Hal tersebut menjadi salah satu alasan utama yang mendasari sikapnya yang ingin mendominasi hubungan.
Ada pepatah yang mengatakan bahwa jika lelaki adalah kepala maka perempuan adalah leher yang memiliki kuasa untuk memutar kepala. Buka mata Anda dan lihat situasi dengan sudut pandang dari dua pihak.
Bila Anda melihat kembali pertengkaran yang terjadi antara Anda dan pasangan dan pahami dari sudut pandangnya maka Anda akan mengerti bahwa pasangan bersikap penuh kontrol hanya karena mereka ingin melindungi Anda.
Sebenarnya Anda sebagai perempuan memegang kendali dalam hubungan. Lelaki bertindak sesuai apa yang mereka lihat. Jika Anda memposisikan diri sebagai perempuan yang tergantung pada lelaki maka sikap yang mereka terapkan kepada Anda adalah sikap dominan yang sedikit mendikte karena mereka melihat dirinya sebagai panutan bagi Anda.
Tetapi jika Anda memposisikan diri sebagai pasangan sederajat, mandiri dan cerdas saat diajak diskusi maka mereka akan bersikap sama.
Jangan pernah takut untuk mengemukakan pendapat, sampaikan secara langsung jangan jangan terbiasa menggunakan media perantara, bila Anda bisa sampaikan pemikiran Anda dalam sudut pandangnya maka dia akan melihat kebenaran dari pemikiran Anda dan mengubah keputusannya.
Sumber: Suara Merdeka
Bagikan

Tidak ada komentar:
Posting Komentar